Entah kenapa...iseng ketik “cerita cinta” di google...trus buka
artikel-artikel...baca-baca kok gag ada yang pas...eh, gag sengaja...dapet
sebuah artikel yang keren banget...yang menyadarkan kita arti cinta dan pernikahan
sesungguhnya...tak lain adalah bukan untuk nafsu...melainkan untuk kebahagiaan
sejatinya dan Allah... Subhanallah...
Eko Pratomo Suyatno,
siapa yang tidak kenal lelaki bersahaja ini? Namanya sering muncul di koran,
televisi, di buku-buku investasi dan keuangan. Dialah salah seorang dibalik
kemajuan industri reksadana di Indonesia dan juga seorang pemimpin dari sebuah
perusahaan investasi reksadana besar di negeri ini.
Dalam posisinya
seperti sekarang ini, boleh jadi kita beranggapan bahwa pria ini pasti super
sibuk dengan segudang jadwal padat. Tapi dalam note ini saya tidak akan
menyoroti kesuksesan beliau sebagai eksekutif. Namun ada sisi kesehariannya
yang luar biasa!!!!
Usianya sudah tidak
muda lagi, 60 tahun. Orang bilang sudah senja bahkan sudah mendekati malam,
tapi Pak Suyatno masih bersemangat merawat istrinya yang sedang sakit. Mereka
menikah sudah lebih 32 tahun. Dikaruniai 4 orang anak.
Dari isinilah awal
cobaan itu menerpa, saat istrinya melahirkan anak yang ke empat. tiba-tiba
kakinya lumpuh dan tidak bisa digerakkan. Hal itu terjadi selama 2 tahun,
menginjak tahun ke tiga seluruh tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tidak
bertulang, lidahnyapun sudah tidak bisa digerakkan lagi.
Setiap hari sebelum
berangkat kerja Pak Suyatno sendirian memandikan, membersihkan kotoran,
menyuapi dan mengangkat istrinya ke tempat tidur. Dia letakkan istrinya di
depan TV agar istrinya tidak merasa kesepian. Walau istrinya sudah tidak dapat
bicara tapi selalu terlihat senyum. Untunglah tempat berkantor Pak Suyatno
tidak terlalu jauh dari kediamannya, sehingga siang hari dapat pulang untuk
menyuapi istrinya makan siang.
Sorenya adalah jadwal
memandikan istrinya, mengganti pakaian dan selepas maghrib dia temani istrinya
nonton televisi sambil menceritakan apa saja yg dia alami seharian. Walaupun
istrinya hanya bisa menanggapi lewat tatapan matanya, namun begitu bagi Pak
Suyatno sudah cukup menyenangkan. Bahkan terkadang diselingi dengan menggoda
istrinya setiap berangkat tidur. Rutinitas ini dilakukan Pak Suyatno lebih
kurang 25 tahun. Dengan penuh kesabaran dia merawat istrinya bahkan sambil
membesarkan ke 4 buah hati mereka. Sekarang anak- anak mereka sudah dewasa,
tinggal si bungsu yg masih kuliah.
Pada suatu hari…saat
seluruh anaknya berkumpul di rumah menjenguk ibunya-- karena setelah anak-anak
mereka menikah dan tinggal bersama keluarga masing-masing- - Pak Suyatno
memutuskan dirinyalah yang merawat ibu mereka karena yang dia inginkan hanya
satu 'agar semua anaknya dapat berhasil'.
Dengan kalimat yang
cukup hati-hati, anak yang sulung berkata:
“Pak kami ingin sekali
merawat ibu, semenjak kami kecil melihat bapak merawat ibu tidak ada sedikitpun
keluhan keluar dari bibir bapak……bahkan bapak tidak ijinkan kami menjaga
ibu." Sambil air mata si sulung berlinang.
"Sudah keempat
kalinya kami mengijinkan bapak menikah lagi,
kami rasa ibupun akan
mengijinkannya, kapan bapak menikmati masa tua bapak,
dengan berkorban
seperti ini, kami sudah tidak tega melihat bapak,
kami janji akan
merawat ibu sebaik-baik secara bergantian”.
Si Sulung melanjutkan
permohonannya.
”Anak-anakku.
..Jikalau perkawinan dan hidup di dunia ini hanya untuk nafsu, mungkin bapak
akan menikah lagi, tapi ketahuilah dengan adanya ibu kalian di sampingku itu
sudah lebih dari cukup,dia telah melahirkan kalian….*sejenak kerongkongannya
tersekat*… kalian yang selalu kurindukan hadir di dunia ini dengan penuh cinta
yang tidak satupun dapat dihargai dengan apapun. Coba kalian tanya ibumu apakah
dia menginginkan keadaanya seperti ini ?? Kalian menginginkan bapak bahagia,
apakah bathin bapak bisa bahagia meninggalkan ibumu dengan keadaanya seperti
sekarang, kalian menginginkan bapak yang masih diberi Tuhan kesehatan dirawat
oleh orang lain, bagaimana dengan ibumu yang masih sakit." Pak Suyatno
menjawab hal yang sama sekali tidak diduga anak-anaknya.
Sejenak meledaklah
tangis anak-anak Pak Suyatno, merekapun melihat butiran-butiran kecil jatuh di
pelupuk mata Ibu Suyatno..dengan pilu ditatapnya mata suami yang sangat
dicintainya itu.
Sampailah akhirnya Pak
Suyatno diundang oleh salah satu stasiun TV swasta untuk menjadi nara sumber
dan merekapun mengajukan pertanyaan kepada Pak Suyatno kenapa mampu bertahan
selama 25 tahun merawat Istrinya yg sudah tidak bisa apa-apa....disaat itulah
meledak tangisnya dengan tamu yang hadir di studio kebanyakan kaum perempuanpun
tidak sanggup menahan haru.
Disitulah Pak Suyatno
bercerita : “Jika manusia di dunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam
perkimpoiannya, tetapi tidak mau memberi waktu, tenaga, pikiran, perhatian itu
adalah kesia-siaan. Saya memilih istri saya menjadi pendamping hidup saya, dan
sewaktu dia sehat diapun dengan sabar merawat saya, mencintai saya dengan hati
dan bathinnya bukan dengan mata, dan dia memberi saya 4 anak yang
lucu-lucu..Sekarang saat dia sakit karena berkorban untuk cinta kami bersama…
dan itu merupakan ujian bagi saya, apakah saya dapat memegang komitmen untuk
mencintainya apa adanya. Sehatpun belum tentu saya mencari penggantinya apalagi
dia sakit...” Sambil menangis.
"Setiap malam
saya bersujud dan menangis dan saya hanya dapat bercerita kepada Allah di atas
sajadah..dan saya yakin hanya kepada Allah saya percaya untuk menyimpan dan
mendengar rahasia saya...BAHWA CINTA SAYA KEPADA ISTRI, SAYA SERAHKAN
SEPENUHNYA KEPADA ALLAH".
Rating Artikel Ini : 5
/ 5
Tidak ada komentar:
Posting Komentar